22 Juni 2024 10:29 am

Taman Sriwedari

Taman Sriwedari
Pembangunan Taman Sriwedari dimulai pada tahun 1899 Masehi. Awalnya lokasi Taman Sriwedari merupakan taman kota, dan mulai 1901 dijadikan kawasan rekreasi. Taman Sriwedari dibangun di atas lahan yang dibeli Pakubuwono IX dan diberikan kepada putra mahkotanya yaitu Pakubuwono X. Lokasi tanah yang kini menjadi Taman Sriwedari awalnya adalah milik seorang Belanda bernama Johanness Busselarr. Pembelian tanah tercatat dalam akta notaris dengan nomor 10 tanggal 13 Juli 1877 seharga 65.000 Gulden. Pada periode tahun 1905 sampai 1917, Taman Sriwedari mengalami sejumlah pemugaran dan pengubahan fungsi. Penambagan bangunan juga dilakukan pada periode tersebut, hingga taman itu memiliki kebun binatang, bioskop, pentas pagelaran wayang orang, dan wayang kulit. Melansir Majalah Kejawen terbitan Balai Pustaka edisi 28 Maret 1928, disebutkan bahwa istilah Sriwedari sendiri berasal dari Serat Arjunasasra. Dalam serat itu disebutkan bahwa Taman Sriwedari merupakan taman buatan milik Prabu Arjunasasra yang memiliki keindahan layaknya taman di surga. Keindahan Taman Sriwedari milik Prabu Arjunasasra yang mempu menandingi taman surga itu lantaran diciptakan oleh Sri Batara Wisnu. Sementara cikal bakal Taman Sriwedari yang ada saat ini sudah ada sejak masa Pakubuwono II, yaitu perpindahan keraton dari Kartasura ke Surakarta. Setelah keraton di Kartasura hancur akibat serangan dalam peristiwa geger pecinan, Pakubuwono II menitahkan agar mencari tempat yang memadai untuk keraton baru. Maka dipilihlah sebuah tempat yang kala itu dikenal sebagai Dusun Sala. Sala sendiri merupakan nama seorang abdi dalam jajar Ki Busala. Adapun penetapan titik keraton berdasarkan langkah gajah milik Pakubuwono II. Gajah itu dilepas untuk berjalan dari keraton di Kartasura dengan diiringi abdi dalem keraton. Hingga memasuki Dusun Sala, gajah itu masih terus berjalan. Gajah itu lantas berhenti di lokasi yang saat ini menjadi lokasi Taman Sriwedari. Lokasi gajah berhenti itu sejatinya menjadi lokasi keraton yang baru. Namun ada ramalan yang menyebutkan keraton tidak akan langgeng jika didirikan di lokasi gajah berhenti itu. Lantas titik bakal keraton yang baru itu digeser lebih ke timur, hingga pada lokasi keraton saat ini.
Blog Post Lainnya