-
-
16 Maret 2024 11:52 am

WAYANG ORANG SRIWEDARI, TRADISI LAMA TAK LEKANG OLEH WAKTU

WAYANG ORANG SRIWEDARI, TRADISI LAMA TAK LEKANG OLEH WAKTU
Wayang orang merupakan pertunjukan yang disajikan berupa teater tradisional Jawa. Bentuknya, gabungan dari seni drama yang berkembang dalam budaya Barat dan pertunjukan wayang yang eksis dalam kebudayaan Jawa. Sehingga, pembawaannya tidak lagi dengan boneka atau peraga wayang kulit, melainkan diperankan oleh orang yang dirias sedemikian rupa sehingga mirip dengan tokoh-tokoh wayang. Selain itu, kostum yang dikenakan juga persis dengan tokoh pewayangan. Cerita yang dibawakan memuat kisah-kisah pewayangan dari Mahabharata maupun Ramayana. Sesekali, ditampilkan pula tokoh Punakawan untuk mencairkan cerita sebagai penggambaran kawulo alit. Di Kota Solo, Wayang Orang Sriwedari menjadi salah satu tradisi yang tersohor dan masih terjaga hingga saat ini. Berdiri pada tahun 1911, oleh para penggiat budaya Kota Solo. Namun, pertunjukan komersialnya, dimulai di tahun 1922. Perkembangan Wayang Orang Sriwedari di tengah masyarakat semakin populer dengan munculnya siaran di Solosche Radio Vereeniging. Sejak saat itu, Wayang Orang Sriwedari tambah digandrungi warga Solo, dan selalu dinanti-nantikan jadwal tayangnya. Mulanya, Wayang Orang Sriwedari diadakan di komplek Pura Mangkunegaran. Tetapi, krisis ekonomi terjadi pada tahun 1896, sepeninggal Mangkunegaran V yang wafat karena sakit parah. Akibatnya, para pemain wayang banyak yang dirumahkan. Meskipun demikian, pertunjukan wayang orang tetap dilakukan, dengan keliling dari kampung ke kampung. Hingga, raja memberi perintah agar Wayang Orang Sriwedari, ditempatkan di Taman Sriwedari atau dikenal juga dengan Bon Rojo (Kebon Rojo). Bangunan ini dibangun pada era Pakubuwana X, yang mulanya digunakan untuk tempat bersantai raja. Pembangunan Gedung Wayang Orang Sriwedari terus dilakukan, pada tahun 1928-1930 dibangun gedung permanen yang mampu menampung sekitar 500 penonton. Melihat, antusiasme penonton yang semakin banyak, kemudian pembangunan gedung dilanjutkan kembali di tahun 1951, sehingga mampu menampung 1000 penonton.
Blog Post Lainnya